Alasan Mengapa Sepeda Lipat Sangat Lambat

Sepeda Lipat

Sepeda Lipat

Alasan Mengapa Sepeda Lipat Sangat Lambat

Tidak hanya sepeda lipat, banyak hal yang mempengaruhi kecepatan sepeda, begitu pula bobotnya di tanjakan. Ini termasuk pengendara sepeda (kekuatan dan berat), area berkendara (angin, hujan, permukaan jalan, dll), dan sepeda itu sendiri. Hampir semua komponen pada sepeda dapat berpengaruh, namun kontributor utama yang menentukan kecepatan sepeda adalah rasio gigi, irama, dan ukuran roda.

Secara umum rumus menghitung kecepatan sepeda adalah: Kecepatan = (lingkar ban x rasio gigi)/waktu tempuh. Ketiganya memiliki peran yang setara, namun kita akan melihatnya satu per satu untuk memahami karakteristik masing-masing.

Faktor Mengapa Sepeda Lipat Lambat

  • Ukuran Roda

Pada ukuran roda sepeda lipat biasanya adalah 16″ (ETRTO: 305mm dan 349mm) dan 20″ (ETRTO: 406mm dan 451mm). Sedangkan ban sepeda gunung berukuran 26″, 27.5″, dan 29″, serta sepeda balap berukuran 650B (27.5″) dan 700C (29″). Diameter yang berbeda akan menghasilkan lingkar ban yang berbeda pula, sehingga satu kali putaran pada ban yang lebih kecil akan menghasilkan jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan dengan ban/roda yang lebih besar.

Jika dilihat perbandingan diameter dan jarak tempuh satu putaran roda :

Dalam sekali putaran roda 16″, sepeda akan bergerak sejauh 1,3m. Sedangkan pada satu kali putaran roda 700C/29″, sepeda akan menempuh jarak 2,3m. Dengan perbandingan ini dan mengabaikan faktor lainnya, ketika sepeda 16″ bergerak sejauh 100 meter, maka sepeda balap telah bergerak sejauh 181 meter. Jadi dengan ukuran chainring/sprocket yang sama, agar sepeda lipat 16″ dapat menempuh jarak dan waktu yang sama maka kecepatan putaran pedal sepeda lipat harus 1,8 kali lebih cepat dibandingkan kecepatan putaran pedal pada sepeda balap.

Namun untuk tanjakan, dengan ukuran roda yang lebih kecil akan membantu mengayuh sedikit lebih ringan, karena roda yang diputar tidak sebesar sepeda MTB/road bike.

  • Rasio Roda Gigi

Rasio roda gigi adalah perbandingan ukuran roda gigi, jumlah gigi (T) antara cincin rantai (gigi depan) dan sproket/cassete (gigi belakang). Pemilihan gigi yang berbeda akan menghasilkan rasio gigi yang berbeda.

Untuk ngebut: gunakan chainring besar dan sprocket/cassette kecil (perbandingan gigi besar)

Untuk pendakian ringan: gunakan cincin rantai kecil dan sproket/kaset besar (rasio gigi kecil)

Lihat juga: perhitungan dan efek rasio gigi sepeda.

Sepeda gunung dan sepeda balap modern menggunakan setidaknya 10 hingga 12 kecepatan, ukuran kaset bisa dari 10 hingga 52T untuk sepeda gunung, dan 10-42T untuk sepeda balap. Ditambah dengan cincin rantai ganda/tiga, rasio roda gigi sangat lebar. Sedangkan sepeda lipat kebanyakan menggunakan single chainring, dengan kecepatan yang sebagian besar 3-7 kecepatan, meski ada juga yang sampai 8-10 kecepatan. Tentu saja hal ini membuat jangkauan atau pilihan rasio gigi sepeda lipat menjadi lebih sempit. Kalaupun ada yang menggunakan chainring/sprocket yang ukurannya sama dengan sepeda MTB/road bike, karena rodanya lebih kecil tetap tidak bisa mengejar, kecuali iramanya dipercepat.

Irama yang lebih tinggi atau berkendara dengan cepat, akan menguras lebih banyak energi, karena otot lebih aktif, membutuhkan lebih banyak oksigen, sehingga kita cepat kehabisan nafas. Sama halnya dengan mengangkat air 1 liter bolak-balik sebanyak 10 kali, dibandingkan mengangkat 10 L satu kali, hasilnya sama saja namun frekuensinya lebih menguras tenaga.

Posisi Tubuh Menjadi Faktor Khusus

  • Posisi duduk

Hambatan udara atau angin merupakan salah satu kendala terbesar yang dihadapi pengendara sepeda. Posisi duduk yang tegak menjadikan tubuh seperti layar yang menahan angin. Sepeda balap mempunyai dimensi dan sudut geometri sepeda yang membuat pengendara sepeda lebih membungkuk dan meruncing, sehingga lebih aerodinamis dan membelah angin. Jadi kalau mau ngebut lebih baik posisi badannya diturunkan, namun pada sepeda lipat bentuk rangkanya kurang mendukung jika kita harus melihat ke bawah dalam waktu lama.

  • Posisi kaki

Untuk mendapatkan kerja otot kaki yang ideal, kita harus memposisikan sadel pada ketinggian yang tepat. Pada sepeda lipat, umumnya saat berhenti kita masih bisa meletakan kaki kita di tanah dengan leluasa, artinya posisi kaki masih boleh sedikit menekuk saat mengayuh. Untuk mendapatkan kekuatan otot tungkai yang maksimal, posisi kaki harus lurus saat menginjak pedal paling bawah, sehingga jika sepeda berhenti kita harus berjinjit atau bahkan turun dari sadel. Namun untuk sepeda lipat yang digunakan dalam kota, jika harus banyak berhenti maka posisi duduknya dibuat lebih rendah, agar lebih nyaman, aman, dan mungkin juga karena keterbatasan ketinggian tiang sadel sadel. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kecepatan sepeda lipat dan semakin berat mengayuh saat menanjak.

  • September 18, 2023